Tanam sekali untung berkali kali

Untung Berkali-kali dengan Sereh Wangi




AGRONET - Sekali tanam untung berkali-kali.  Itulah yang disampaikan penggiat tanaman sereh wangi, R. B. Cahyo.  “Sereh wangi bukan sereh yang digunakan untuk masak lho ya,” ujar Cahyo.  Sereh wangi banyak mengandung citronella oil, sedangkan sitral kandungan utama dalam sereh dapur.
Tidak hanya sering disamakan dengan sereh dapur, bentuk sereh wangi mirip dengan rumput gajah odot.  Sama-sama tumbuh berumpun, namun keuntungan sereh wangi dapat berkali-kali.  Kunci keuntungan sereh wangi terletak pada daunnya.
Daun tanpa tangkai yang telah dipanen diharga Rp. 650,- per-kg.  Jika memiliki 1 hektar (ha) lahan sereh wangi dapat menghasilkan 1.000 rumpun.  Produktifitas sereh wangi per-rumpun minimal diperoleh 2 kg atau 20 ton per-ha.  Daun yang dihasilkan berkisar 0,5 sampai 10 kg per-rumpun, tergantung dari perawatan.  Sudah terbayangkan berapa keuntungan yang akan diperoleh.
Cara membudidayakan sereh wangi pun mudah dan murah.  Biaya penanaman maupun biaya perawatan terjangkau.  Sekali menanam bibit sereh wangi, panen perdana dapat dilakukan pada umur 6 bulan.  Panen rata-rata per-tahun empat kali atau per-tiga bulan sekali.  Singkatnya masa panen menjadi keuntungan tambahan dari menanam tanaman ini.
Untungnya lagi dalam kurun waktu 5 tahun tidak perlu menanaman bibit baru.  Bahkan bila dirawat dengan baik, sereh wangi produktif hingga 10 tahun.  Sereh wangi bukanlah tanaman yang ‘manja’, tanaman ini dapat ditanam dengan berbagai kondisi tanah dan iklim.  Baik di lahan-lahan tidur atau kurang produktif maupun lahan bekas tambang.
Penanaman sereh wangi menjadi pilihan dalam skema agro forestry.  Penanaman semi intensif dipadukan dengan sistem pertanian organik bermanfaat untuk mencegah erosi, merehabilitasi lahan kritis serta menambah nilai ekonomis lahan.
Sereh wangi dapat ditanam dengan sistem monokultur maupun tumpang sari.  Beberapa daerah mulai mengembangkan tumpang sari sawit dengan sereh wangi.  Mengisi kekosongan produksi sawit, banyak petani memanfaatkan sela lahan dengan menanam sereh wangi.
Selain itu, tumpang sari dilakukan dengan menanam Ylang ylang (Kenanga Philipina) berdampingan dengan sereh wangi ini.  Setelah ylang ylang berumur lebih dari 2 tahun, rambatan sirih juga mulai dapat ditanam.  Keuntungan yang berlipat. 
Baik sereh wangi, ylang ylang, dan sirih merupakan tanaman penghasil minyak atsiri.  Pengembangan agro industri berbasis minyak atsiri menjadikan lapangan kerja baru.  Dari penyulingan sereh wangi dapat menghasilkan produk turunan yang berguna bagi industri minyak wangi, industri kecantikan, dan industri kesehatan.      
Bermodalkan 1 unit penyulingan manual kapasitas 1 ton daun per-batchmenjadi usaha baru bagi masyarakat Kampung Cibilik, Nanggerang, Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat.  Ketua Kelompok Masyarakat Peduli Alam Konservasi (KOMPAK), Entah Tahyudin menyebutkan, “Sekarang sudah tidak ada lagi petani yang menggangur, semuanya bekerja baik di kebun maupun di penyulingan.”
Karbol sereh, sabun sereh, serta aroma therapi, beberapa produk yang sudah banyak dipasaraan. Limbah daun sereh wangi setelah disuling pun dapat diolah menjadi berbagai produk.  Seperti pupuk organik, briket, dan pakan ternak.
Sebelum menanam sereh wangi, masyarakat Kampung Cibilik kerap mengalami kerugian dalam bercocok tanam.  Faktor utamanya hama babi hutan dan monyet berekor panjang.  Setelah dilakukan penanaman sereh wangi, kini lingkungan Kampung Cibilik relatif aman dari gangguan hama binatang hutan. 
Bagi Entah menanam sereh wangi selain sebagai konservasi, pemberdayaan lahan, juga sebagai sarana meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.  Setelah perjuangan panjang, kini masyarakat kampung Cibilik mendapatkan untung berkali-kali dengan menanam sereh wangi. (RBCN/269)

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

MITRA USAHA AGROBISNIS